Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo’a: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri ni’mat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri".
QS. Al Ahqaf (46) : 15
Entah kekuatan apa yang Allah titipkan kepada makhluk selemah perempuan. Hingga ia begitu mampu menanggung beban puluhan patah tulang dalam satu kejadian yang kita sebut melahirkan. Ah, terlalu jauh, bagaimana dengan kandungan yang berbulan-bulan digendongnya tanpa jeda? Dalam setiap kejadian seharinya tak dapat ia lepaskan beban yang sebenernya ia dapat memilih untuk tidak menanggungnya. Belum habis kepayahannya menanggung beban dan kesakitan, dibebankan lagi amanah untuk menyusuinya, mengurusi kebutuhannya, mengajarinya, mendidiknya, semua hal yang tak bisa dikerjakan sendiri oleh makhluk kecil nan payah dalam genggamannya itu. Dan semua aktivitasnya saat itu menjadi penentu akhlak si anak di hari kelak, dan ia tak luput juga dari hari pertanggungjawaban dan balasan.
Ibu. Kata yang begitu sederhana dan santun yang mampu mengalahkan berjuta makna kata cinta. Dibalut dengan kata ridho yang mendampingi ridho Allah, membuat ibu bisa bermakna cinta namun tidak sebaliknya.
Menyambut Hari Ibu Nasional yang jatuh pada hari ini (22/12/2014), kemarin KAMMI Komisariat Badung menyelenggarakan Kajian Fatimah (For Akhawat Muslimah) dengan Tema "Membangun Istana Surga untuk Bunda". Dihadiri oleh Mahasiswi Muslim dari Badung, Denpasar, bahkan Singaraja, acara diawali Agenda Nonton Bareng Film "Ummi Aminah". Film garapan Aditya Gumay yang begitu sarat hikmah tentang betapa mulianya pengasuhan seorang Ibu terhadap anaknya menjadikan suasana ibu memenuhi ruangan kelas MI Insan Mulia Jimbaran. Sedih, syukur, haru, dan bahagia menjadi satu dalam setiap adegan film yang disaksikan bersama.
Usai menonton film yang seakan mencubit hati setiap penikmatnya, acara dilanjutkan dengan Kajian yang disampaikan oleh Ummi Retna Sumirat. Suasana menjadi begitu dalam dan khidmat begitu menerima materi (baca: renungan) tentang Ibu. Hadirin semakin larut, hingga tak terasa sampai di penghujung acara. Sebelum dzuhur, dilanjutkan dengan pembagian doorprize dan cindera mata untuk Ummi Retna. Kajian ini diharapkan mampu memberi teladan bagi setiap peserta bahwa begitu besar peran seorang ibu, tidak hanya bagi pribadi anaknya masing-masing, tetapi juga bagi bangsa Indonesia dan peradaban Islam di dunia. Bahkan beberapa dari peserta begitu antusias untuk hadir kembali dalam Agenda Kajian serupa di bulan-bulan berikutnya. InsyaAllah yaa ^^.. (RS)
0 komentar :
Posting Komentar