BERGETAR HATIKU MENDENGAR KATA KAMMI, Refleksi 18 Tahun
Aku mencoba untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi pada
tubuh KAMMI Badung Bali ini, Satu setengah tahun sudah kita bersama sama di
jalan dakwah ini, dalam harokah yang mudah-mudahan Allah SWT memberikan
rahmatnya.
Delapan Belas Tahun terperingati sebagai momentum milad
KAMMI. Ibarat tonggak sejarah atau monumen yang ada untuk dijadikan sebagai
pengingat bahwa pernah ada suatu peristiwa dalam wujud aksi dan dharma kiprah
perjuangan untuk Indonesia dan kebangkitan ummat.
Kawanku seiman yang dirahmati Allah, sungguh aku hanyalah makhluk Allah yang bercita – cita syahid demi menegakan kalimat Allah dan demi sebuah cita : wahdatul Ummat. Sebuah agenda besar yang tidak hanya dimiliki olehku, tapi juga kamu, orang lain, mereka, serta semua kaum mukminin yang merindu akan kebangkitan umat ini.
Perjuangan adalah intisari kehidupan, walau jauh hari
sebelum kita lahir kita sudahlah ditetapkan sebagai pemenang. Tak lantas diri
ini menghindar dari tanggung jawab sebagai da'i, menasihati hidup bagi diri
sendiri dan orang lain, membanggakan Islam dan Keislaman akan rahmatan lil
alamin , sembari menggali tentang sejarah kemenangan untuk kembali
diulang..bukan oleh tangan orang lain.
Kalaulah lantas Allah memperbolehkan kita sebagai hamba-Nya untuk meninggalkan
tanggung jawab berbangsa dan bernegara, pasti kita sekedar memilih memakmurkan
mesjid-mesjid dan berlama-lama di sana. Kalaulah lantas Allah memperbolehkan
kita meninggalkan Nahi Munkar untuk beria-ria dalam Amar Ma'ruf
, bisa jadi kita lebih memilih menggeluti majelis majelis keislaman dan perkuliahan
agama saja.
Kalaulah lantas iman ini boleh dinikmati dalam kesendirian,
jelas-jelas kita akan pilih nikmati mutlaknya Marifatullah tanpa
perlu ke keluar dari kamar-kamar renungan seperti biasa. Kalaulah Allah
mengizinkan kita membusungkan dada kita karena terlahir sebagai muslim,
tidakkah lebih baik kita minta untuk jangan dilahirkan ke dunia dan menikmati
masa-masa kita bersama-Nya di arsy?
Bernegara adalah amanah, sebagaimana amanah adalah ujian,
ujian bagi kepemimpinan. Selamanya kesempurnaan sulit dicari, namun percayakah
tiada lagi yang bisa dititipkan amanah ini selain manusia? Ingatkah kalam-kalam
dimana pembelaan Allah datang bagi kita saat malaikat bertanya
"meremehkan" kita? Padahal kita terima amanah ini dengan ke"besar-kepala"an
melebihi gunung, bumi, dan langit.
Karena Islam mengajarkan kita untuk tidak berpangku tangan.
Islam juga mengajarkan kita untuk tidak berdiam diri, apalagi menang dan
bersurga sendiri. Agama ini membawa Rahmat yang harus kita emban dan
disebarkan ke seluruh pelosok benua, seribu negeri, empat arah mata angin.
Menerobos dari gedung-gedung pemerintahan sampai ke ujung gang sempit
pasar-pasar yang berkelok.
Membawa gaung suaranya dari puncak Himalaya sampai
ke dasar Laut Cina. Mengakar dari otak-otak filsuf sampai ke muamalah para
teknokrat ulung. Menjadi alasan pacu bagi ulama-ulama terhormat sampai menjadi
alasan bertaubat para pelaku kriminal dan amoral.
Inilah Minhajul Hayyah. Yang kurindukan. Yang
semakin kudapati dalam perjalananku tiga tahun ke belakang. Lewat awal pintu
gerbang Marhalah pertama yang rangka-rangkanya tak kadung kulupakan, menjadi
warna perjalanan sampai sekarang.. yang tidak luntur dimakan zaman.
Bergetar hatiku saat dicontohkan bunyi-bunyi prinsip gerak
"Kemenangan Islam adalah Jiwa Perjuangan KAMMI! sampai terakhir
'Persaudaraan adalah watak muamalah KAMMI!" .. Itu adalah enam nilai yang
bersih dari segala macam kepentingan pribadi. Bersih dari segala macam
motif-motif duniawi. Jauh dari sifat-sifat kehartaan. Nilai yang mungkin sangat
langka di zaman sekarang, zama yang penuh intrik seperti sekarang ini.
Ingatkah kawan, saat kita saling membangunkan subuh
berjamaah itu? Yang dalam hidup normal bisa jadi enggan kita lakukan.
Ingat Al-Anfal? 1-9? yang diantaranya berisikan tentang tiga
ciri semangat manusia beriman?
Masih ingat tawaran-tawaran solusi kita di materi
Problematika Umat Kontemporer?
Ingatkah saat kita bersama-sama melindungi Al-Quran dari hinaan-hinaan dan kekasaran yang didapatnya? Bersama-sama melindungi dalam energi teriakan 'Allahuakbar!!"
Ingatkah saat kita bersama-sama melindungi Al-Quran dari hinaan-hinaan dan kekasaran yang didapatnya? Bersama-sama melindungi dalam energi teriakan 'Allahuakbar!!"
Di sini aku dapat alasan terbaik dalam persaudaraan. Ukhuwah
Islamiyah, tiada yang lain. Hubungan yang saling menguatkan, saling
berdayakan, tidak saling memanfaatkan. Hubungan paling bernilai di sisi Allah..
karena di dalamnya kita sangat yakin Allah-lah yang persatukan kita, tiada
motivasi dunia apapun.
Inilah ruang yang selalu bisa menjadi alasan saat kita
sedang dilanda duka dan resah. Berapa kali kita berusaha meninggalkannya, namun
selalu ada berjuta kesempatan untuk kembali, selalu ada jalan pulang dan tangan
terbuka yang ramah menyambut kita dengan panggilan yang memuliakan ; "Akhi..
saudaraku.."
Ya aiyyuhal ladzi naamanu hal adullukum 'ala tijarotin
tunjiikum min 'azaabin 'alim – tukminuna billahi wa rosulihi watujahiduna fii
sabilillahi bi amwalikum wa anfusikum
(Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan
suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu
beriman kepada Allah dan rasul-Nya, dan berjihad di sisi Allah dengan hartamu
dan jiwamu)
Delapan belas adalah angka yang indah. Yang kulihat ada
dedikasi dan perjalanan panjang di dalamnya. Tak terbayang betapa penuhnya
rantai-rantai prinsip gerak bagi kader-kader generasi awal. Kader-kader '98.
Aku baru punya satu setengah saja dari delapan belas. Namun
tetap saja sulit menuliskan getaran hati tanda perjalanan pendekku ini. Andai
semua bisa dituliskan, kedalaman cinta di hati dan semangat berapi-api dari
pancaran mata akan bisa terasa sampai penjuru negeri, karena kuyakin rasa ini
bukan milikku saja.
Namun tetaplah ingat kawan. Sebesar-besar cinta kepada
organisasi berjiwa islam, tidaklah lantas boleh itu semua mengalahkan cinta
kita kepada Islam itu sendiri.
Semangat yang berapi-api ini akan selalu datang di saat-saat
aku memerlukannya. Selamad Milad KAMMI ke-18 (1998-2016) ..Semoga Istiqamah
menjadi wadah para muslim dan muslimah yang meyakini ayat-ayat perniagaan dari
Allah.
Yakinlah, tidak ada kata malu menjadi seorang muslim, dan
tidak ada kata sungkan untuk memenangkan dakwah sampai hayat menuju akhir.
Badung, 29 Maret 2016 (Alafasy)
0 komentar :
Posting Komentar