Badung - Mendengar kata “Liburan” mungkin identik dengan kata jalan-jalan, pulang kampung, atau bersenang-senang. Libur, memang selalu menjadi hal yang ditunggu oleh mahasiswa indonesia pada umumnya. Beberapa minggu libur merupakan waktu yang tepat ‘tuk istirahatkan diri, rekreasikan pikiran dan segarkan kembali raga, setelah berlelah-lelah kuliah dan kesibukan kampus lainnya. Satu tindakan yang mewakili semua kata-kata menyegarkan itu adalah “mudik” atau pulang kampung.
Sebagai seorang mahasiswa aktivis dakwah kampus, mungkin ketika aktif kuliah kita disibukan dengan berbagai macam kegiatan dakwah, organisasi atau tugas kuliah. Setiap malam mengerjakan tugas, siangnya kuliah dan sore sampai malam hari kita sibuk untuk rapat atau kerja kelompok. Namun, coba kita fikirkan ketika waktu liburan tiba. Seolah-olah kesibukan itu semua menghilang begitu saja. Bahkan kita bingung untuk mengerjakan apa ketika sedang liburan.
Pulang kampung memang tidak salah. Malah pulang kampung memiliki nilai lebih bagi para Aktivis Dakwah Kampus (ADK). Bagi kader dakwah pulang kampung lebih dari sekedar istirahat, rekreasi, dan penyegaran namun merupakan kesempatan membuka ladang amal baru. Banyak yang mengatakan liburan dan pulang kampung sebagai momen untuk berdakwah kepada keluarga atau juga bersilahturahim dengan aktivis-aktivis dakwah di daerahnya untuk saling memberi semangat atau juga berdakwah di masjid dekat rumah dengan mangajar ngaji atau juga sekedar memperbaiki diri-menambah hafalan Alquran, dsb-.
Namun yang banyak terjadi justru sebaliknya, para aktivis dakwah yang getol berdakwah di kampus justru melempem saat berada di kampung. Jangankan berdakwah ke orang banyak atau keluarga, semangat dan kondisi rukhiyah pribadi pun malah cenderung menurun. Jangankan mengajak orang untuk berbuat baik, membawa diri untuk shalat berjamaah di masjid pun berat. Jangankan mengajari orang untuk mengaji, membaca buku untuk memperdalam ilmu saja malas.
Kejadian di atas dapat terjadi pada dasarnya karena luruhnya motivasi atau semangat untuk berdakwah. Semangat berdakwah di kampus timbul karena adanya lingkungan kampus kondusif, sehingga merangsang untuk melakukan aktivitas dakwah, serta adanya aktivis dakwah lain yang sama-sama berjuang, sehingga ketika di kampus seorang ADK tidak merasa sendirian. Tetapi dikampung berbeda ceritanya. Tidak ada orang yang bisa memberi semangat atau bahkan tidak ada yang tahu bahwa kita aktivis dakwah, maka pikiran bahwa ”tugas berdakwah bisa dinafikan dulu” atau ”libur dakwah dulu” bisa muncul. Jadinya luruhlah semangat dakwah itu, bahkan mungkin kefuturan yang menanti. naudzu billahi min dzalik.
Untuk menghindari hal tersebut diatas ada beberapa hal yang bisa dilakukan: pertama, tanamkan benar-benar prinsip Nahnu du’at qobla kulli syai’i (jadilah da’i sebelum sesuatu yang lain) kedalam diri ini ; Kedua, luruskan segala tujuan dakwah, bahwa segala yang kita perbuat hanya untuk Allah ta’ala. Sehingga ada atau tidak adanya orang yang melihat amalan dakwah kita, kita senantiasa akan tetap berdakwah ; ketiga, sesuai dengan sabda Rasulullah saw, “Ada dua kenikmatan yang membuat banyak orang terpedaya yakni nikmat sehat dan waktusenggang” (HR. Bukhari), sehingganya jangan sampai waktu liburan kita begitu kosong tanpa kegiatan yang bermanfaat, jadi buatlah rencana dan targetan selama liburan; keempat, ikatlah komitmen dengan teman atau sahabat kita dalam mencapai targetan liburan. (Alafasy)
Wallahu’alam bishowab
0 komentar :
Posting Komentar