Kemana arah perjuangan kita ?
Agenda
,
Aksi
,
Bencana
,
Denpasar
,
Dialog
,
Ekonomi
,
featured
,
Humas
,
Indonesia
,
Internasional
,
Islam
,
KammiBali
,
Kebijakan
,
Kultweet
,
Muslim Negarawan
,
Refleksi
Edit
Terkadang kita lupa kapan terakhir kita menangis bersimpuh dalam sujud kita, dalam munajat kita kepada Allah. Hingga hati ini menjadi gersang, ruhiyah ini terasa kurang air. Apalagi dosa dan kesalahan itu yang akan selalu membakar diri ini, dengan apa api itu akan kita padamkan jika diri ini tidak pernah dekat dengan Allah?
Tidak pernah ada air mata penghambaan diri ini kepada-Nya?
Kita adalah umat yang Allah ibaratkan seperti bangunan kokoh yang saling menguatkan satu sama lain. Kelebihan seseorang adalah kelemahan yang lain. Kelemahan seseorang adalah kelebihan yang lain.
Kita sama-sama berjuang menegakkan agama Allah, menggaungkan nama Allah, dan menjaga bumi Allah dari kehancuran. Tetapi, ternyata perbedaan pendapat bisa menjadikan warna perjuangan kita bercorak.
Pertanyaannya, haruskah perbedaan corak, harokah, golongan, kelompok itu mencerai-beraikan kita?
Mata kita sama-sama basah sebab sedih melihat bencana yang melanda saudara seiman, melihat saudari-saudari kita kesusahan mendapat izin memakai jilbab, penistaan agama Allah, penyerangan demi penyerangan, fitnah, penyalahgunaan kekuasaan oleh para pemimpin, dan banyak hal lain. Tubuh kita sama-sama sakit diterpa persoalan itu. Darah kita sama-sama terpacu untuk menggapai perubahan. Maka, layakkah kita saling mencela?
Ikhwahfillah, ingin kusampaikan kerinduan di dalam hati ini. Tak sepantasnya kita saling sikut, saling hujat, saling cela, dan saling fitnah. Tujuan dari semua gerak kita adalah Allah, kita tak harus bersikap fanatis dengan nama kelompok kita. Sebab nama itu tak kan dibawa ke akhirat, kelak kita berada dalam satu nama saja; umat Muhammad.
Letakkanlah ambisi dunia di tangan saja, agar hati tak terkotori. Bukan kekuasaan yang ingin kita gapai, tapi mengusahakan agar dengan kekuasaan itu kita bisa menegakkan agama Allah. Kita tidak menginginkan jumlah massa pendukung yang banyak, kita hanya butuh banyak teman untuk sama-sama berjuang menuju Allah.
Ikhwahfillah, tanya pada hati kita masing-masing, kemana arah perjuangan kita? Kalau kita menjawab “Allah!”, izinkan kubertanya sekali lagi, “adakah Allah menginginkan kita bercerai-berai demi menuju-Nya?”
Kita hanya diizinkan berperang dengan musuh-musuh Allah, bukan dengan hamba-hamba Allah. (Alafasy)
0 komentar :
Posting Komentar